Tiga hari yang lalu, setelah mendapat referensi tentang situs web untuk menonton anime secara online, saya teringat untuk mencari sebuah anime yang sudah lama pernah masuk dalam watchlist saya. Dan akhirnya setelah ketemu, kepikiran juga untuk membuat artikel ini. Mudah-mudahan bermanfaat.
Object Review
Adalah sebuah anime yang berjudul N.H.K. ni Youkosho! Anime ini sebenarnya berasal dari sebuah novel yang berjudul sama, ditulis oleh Tatsuhiko Takimoto dengan ilustrasi samnpulnya oleh Yoshitoshi Abe dan diterbitkan oleh Kadokawa Shoten di Jepang sejak 28 Januari 2002. Novel berbahasa Inggrisnya sendiri diterbitkan Tokyopop pada 9 Oktober 2007.
N.H.K ni Youkoso diadaptasi ke dalam serial manga oleh Takimoto sendiri dan
dengan gambar yang dikerjakan oleh Kenji Oiwa. Manga ini diterbitkan secara
seri sejak Juni 2004 sampai Juni 2007 dalam salah satu tankoubon milik
Kadokawa juga, Shonen Ace. Empat puluh bab dalam serial manganya itu
dibundel menjadi empat volume dan dirilis Jepang dan luar Jepang. Manga edisi
bahasa Inggrisnya diterbitkan oleh Tokyopop juga dan volume pertamanya dirilis
Oktober 2006. Cerita ini akhirnya diadapatasi lagi, kali ini ke dalam bentuk
anime sepanjang empat puluh episode oleh Gono dan disiarkan pada Juli sampai
Desember 2006.
Ceritanya berkisar pada seorang remaja dua puluh tahunan yang hidup secara hikkikomori
dan kemudian didatangi oleh seorang gadis yang sepertiya sangat kenal
dengannya meskipun dia sendiri bingung kapan pernah bertemu dengan gadis itu.
Di Jepang, N.H.K adalah nama sebuah perusahaan siaran yang jika
dipanjangkan menjadi Nippon Hosho Kyoukai ‘Badan Siaran Jepang’. Akan
tetapi, si tokoh utama dalam cerita ini percaya bahwa N.H.K. sebenarnya
singkatan untuk Nippon Hikkikomori Kyoukai ‘Badan Hikkikomori Jepang’.
Si tokoh utama mengklaim bahwa nama itu diberikan karena ia percaya bahwa NHK
(dalam arti sebenarnya, badan siaran itu), melakukan semacam konspirasi untuk
menciptakan kehidupan hikkikomori. Meskipun pada dasarnya banyak
menceritakan mengenai kehidupan hikkikomori, cerita ini juga mengangkat
beberapa tema subkultur yang sedang berjembang di jepang seperti otaku,
lolicon, dan internet suicide.
N.H.K ni Youkoso menceritakan tentang kehidupan beberapa anak pemuda dewasa
yang tinggal di sekitar Tokyo. Banyak model gaya hidup yang ditampilkan dalam
cerita ini meskipun fokus paling besar adalah pada konsep kehidupan/gaya hidup hikkikomori.
Tokoh utama cerita ini, Tatsuhiro Satou adalah seorang mahasiswa drop-out yang
sudah empat tahun menganggur tanpa pekerjaan. Ia menjalani hidup tertutup
sebagai seorang yang hikkikomori, dan membuat simpulan bahwa ini semua
terjadi akibat semacam konspirasi.
What is
Hikkikomori?
Oke, cukup dulu ngomongin tentang anime N.H.K.-nya. Lebih jauhnya, nanti
deh, di Korbanotaku, supaya lebih fokus dan terbagi dengan baik. Di sini, ‘kan
saya bukan ingin menceritakan tentang animenya (meskipun hampir saja menjadi
seperti itu ^_^). Di sini saya ingin lebih fokus bercerita sedikit tentang apa
itu hikkikomori dan bagaimana hikkikomori di Jepang itu.
Lagi-lagi definisi dari Wikipedia, dikatakan bahwa hikkikomori ,
secara harfiah bermakna ‘menarik diri, dibatasi’, atau ‘penarikan diri secara
sosial secara akut’. Istilah ini digunakan untuk mendeskripsikan sebuah
fenomena yang terjadi pada roang-orang yang sukar bersiosialisasi, yang
akhirnya memilih untuk menarik diri dari kehidupan sosial, dan seringkali
melakukan isolasi dan penutupan diri dalam tahap yang ekstrem, dikarenakan
berbagai macam penyebab/faktor secara personal maupun sosial dalam kehidupan
mereka. Istilah hikkikomori ini merujuk pada sebuah fenomena sosiologis
dan merujuk juga pada suatu kelompok sosial tertentu. Dalam terminologi dunia
barat, kelompok orang seperti ini biasanya memiliki kelainan psikologis
individual seperti fobia sosial atau kecanggungan/kesulitan bersosialisasi. Hal
ini juga bisa jadi diakibatkan karena agorafobia, kelainan
kepribadian-menghindar, atau sifat malu yang sangat ekstrem.
Pemerintah Jepang sendiri, melalui Kementrian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan
Kesejahteraan-nya mendeskripsikan hikkikomori sebagai orang-orang yang
tidak mau meninggalkan rumahnya dan mengisolasi diri mereka sendiri dari
masyarakat dalam periode lebih dari enam bulan.
Memang harus diakui bahwa kehidupan dan dunia luar itu memberi banyak
sekali tekanan, dan semua orang merasakan hal itu. Ada yang tenang-tenang dan
santai saja menghadapinya, ada juga yang kadang sampai depresi. Akan tetapi,
menghadapi itu semua, seorang hikkikomori akan menarik diri secara utuh
dari kehidupan sosial. Pada beberapa kasus, mereka justru mengunci diri mereka
sendiri di dalam kamar dalam waktu yang lama, bahkan ada beberapa yang
terhitung sampai tahunan.
Oleh karena hikkikomori menarik diri dari pergaulan sosial, tentunya
mereka tidak punya banyak teman, itupun kalau punya; karena kebanyakan dari
mereka menghilangkan kontak bahkan dengan sahabat-sahabat sekalipun. Dan oleh
karena hikkikomori mengunci diri mereka sendiri di rumah, mereka
tentunya hanya melakukan aktivitas rumahan, akan tetapi ada juga yang mau pergi
keluar untuk melakukan aktifitas luar rumah. Meskipun demikian, hal itu sangat
jarang, dan kalaupun dilakukan, mereka akan melakukannya sendiri tanpa mau
ditemani siapapun.
Penarikan diri dari pergaulan yang dilakukan para hikkikomori
berlangsung bertahap. Gejala yang bisa diperhatikan pada orang-orang seperti
itu antara lain penampilan yang selalu murung, kehilangan (menghilangkan) teman
satu per satu, merasa tidak percaya diri, malu, dan bicara sangat sedikit.
Menurut Tamaki Saito, seorang psikolog yang pertama kali mencetuskan
istilah tersebut, ada sekitar satu juta orang hikkikomori di Jepang
sendiri. Dan ini mencakup 20% dari total seluruh pria dewasa di Jepang atau
sekitar 1% dari populasi total penduduk Jepang. Meskipun demikian, Saito
mengakui bahwa angka-angka tersebut adalah karangannya sendiri dalam rangka
membangkitkan perhatian masyarakat pada hikkikomori dan mengajak mereka untuk
mencari solusi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Ia mengambil
angkat itu dari statistik orang Jepang yang mengidap skizofrenia. Akan tetapi,
penelitian klinisnya membuatnya yakin bahwa orang hikkikomori ada sebanyak itu
juga.
Epilogue
Nah, sekarang, sedikit cerita dari Indonesia sendiri. Dari penulis sendiri.
Beberapa bulan yang lalu, penulis baru sadar, bahwa salah seorang teman
penulis di kampus, di jurusan, di angkatan, dan di kelas yang sama ada yang
mengidap gejala hikkikomori. Awalnya penulis sendiri tidak yakin, tetapi
setelah membaca dan menganalisis gejala yang timbul pada dirinya, penulis yakin
bahwa dia mengidap hikkikomori juga. Yang tidak penulis pahami, bisa-bisanya
tren kehidupan yang menjamur di Jepang itu tiba-tiba muncul pada seorang teman
dekat penulis yang sama sekali tidak tahu banyak tentang Jepang, apalagi anime,
dan segala gaya hidup Jepang modern seperti hikkikomori sendiri.
Dari sini, penulis bersimpulan bahwa ternyata manusia itu, di manapun,
bagaimanapun, jika menghadapi gejala/situasi yang sama dan mendapat motif yang
sama, akan menunjukkan hal yang sama. Ada suatu pola blok memori naluriah yang
sama dalam setiap kepala dan mental manusia sehingga hal itu bisa terjadi,
mungkin.
Nah, kembali ke teman penulis, bulan kemarin, akhirnya orang tersebut bisa
kami tarik secara paksa agar kembali ke dunia nyata. Ke dunia luar. Ke dunia
sosial. Kami paksa dia bersosialisasi. Akan tetapi, mungkin cara kami yang
terlalu ekstrem sehingga pada saat penarikan itu, ia langsung berontak. Dan
pemberontakan ini berlangsung selama seminggu penuh tanpa henti. Dan akhirnya,
kami sendiri yang kerepotan untuk mengatasi pemberontakan ini. Nyaris satu
minggu penuh teman-teman penulis berusaha menenangkan kejiwaannya yang
memberontak (secara denotatif).
Simpulan yang penulis dapat, hikkikomori bukan gejala yang hanya
terjadi di Jepang. Mungkin, pada saat ini, ada teman-teman pembaca yang juga
sedang menjalani kehidupan seperti itu. Atau ada yang baru akan memulai
kehidupan seperti itu. Bisa jadi, orang itu sendiri tidak tahu tentang pola
hidup yang sedang atau akan terjadi pada mereka. Dan jika pembaca sekalian
menemukan orang seperti itu, ajak mereka untuk kembali keluar, menjadi
bagian masyarakat yang aktif dan mau bersosialisasi. Tetapi ingat, cara
penarikan itu tidak bisa dilakukan secara paksa dan spontan melainkan harus
perlahan, bertahap, dan penuh kesabaran. Penarikan kembali ini pada dasarnya
adalah semacam terapi untuk mengembalikan sosialitas para penderita hikkikomori.
Apabila Anda tidak sanggup, dianjurkan untuk meminta bantuan psikolog atau
teman lain yang mengerti psikologi untuk orang-orang seperti itu.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar